FCDO Inggris Perkuat Kerja Sama Pembangunan Ekonomi Biru di NTB

Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal menerima kunjungan Will Hines, Direktur Pembangunan Kementerian Luar Negeri dan Pembangunan Inggris (FCDO).



MATARAM, CBM-Inggris dan Indonesia mempererat kemitraan pembangunan melalui kunjungan Will Hines, Direktur Pembangunan Kementerian Luar Negeri dan Pembangunan Inggris (FCDO), ke Jakarta dan Lombok pada pekan ini. 

Kunjungan itu mengikuti penyelenggaraan Dialog Pembangunan Inggris-Indonesia pertama di Jakarta, sebuah langkah yang mencerminkan komitmen bersama pada kerja sama pembangunan modern yang menitikberatkan investasi, inovasi, dan kepemimpinan lokal untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan.

Di Lombok, Will Hines melakukan pertemuan dengan Gubernur Nusa Tenggara Barat untuk membahas peran provinsi dalam perencanaan rendah karbon melalui Inisiatif Pembangunan Rendah Karbon (LCDI). 

Program yang didukung Inggris ini bertujuan menyelaraskan upaya pembangunan provinsi dengan target Net Zero Indonesia 2060 serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029. Kunjungan lapangan juga menjadi sarana baginya menyaksikan langsung bagaimana program-program Inggris mendukung peningkatan adopsi energi terbarukan, pengembangan ekonomi biru, dan pembangunan yang inklusif.

Will Hines turut memantau implementasi proyek mikrohidro di Bendungan Pandanduri yang didukung melalui program MENTARI (Kemitraan Energi Rendah Karbon Inggris-Indonesia). Dia mengamati kontribusi proyek energi terbarukan terhadap penciptaan lapangan kerja hijau, peningkatan inklusi sosial, dan pengurangan emisi. Viability Gap Fund MENTARI, bekerja sama dengan PT SMI dan PT Brantas Energi, berperan dalam memfasilitasi pembiayaan hijau untuk proyek-proyek seperti mikrohidro Lombok, dengan tujuan memperluas akses energi bersih di Indonesia.

Selain itu, Will Hines mengunjungi inisiatif Blue Innovative Startup Acceleration Initiative (BISA) yang berjalan di bawah Program Akses Digital (DAP) Inggris melalui UK–Indonesia Tech Hub. Proyek yang dipimpin Aquabloom bekerja sama dengan Lombok Research Centre itu menerapkan bioteknologi berbasis rumput laut untuk mengolah Sargassum, jenis rumput laut yang sering dianggap limbah laut, menjadi pupuk ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Inovasi ini dinilai mendukung ekonomi biru sekaligus meningkatkan produktivitas pertanian, memperlihatkan bagaimana teknologi Inggris dan kewirausahaan lokal dapat bersinergi untuk mendorong pertumbuhan yang ramah lingkungan.

Direktur Pembangunan FCDO Inggris, Will Hines, mengatakan, “Peran Inggris adalah mendengarkan, belajar, dan bekerja sama dengan mitra-mitra kami, dan Indonesia menunjukkan kepemimpinan yang inspiratif dalam membentuk masa depan yang lebih berkelanjutan dan inklusif. Pendekatan modern kami terhadap pembangunan internasional didorong oleh prioritas bersama, kepemimpinan lokal, dan kolaborasi jangka panjang. Seiring kami bekerja sama dengan Indonesia, kami mendorong ketahanan energi dan pembangunan berkelanjutan untuk mewujudkan planet yang layak huni. Kami berinvestasi terhadap kesuksesan Indonesia, demi masa depan Indonesia dan Inggris. Apa yang saya saksikan di Lombok menggambarkan kekuatan inovasi iklim dan aksi komunitas yang memberikan dampak nyata. Seiring para pemimpin dunia berkumpul di COP30 di Brasil, kinerja kami di sini menunjukkan bahwa kerja sama pembangunan internasional modern dapat bersifat praktis sekaligus transformatif, berdampak bagi masyarakat, planet ini, dan kesejahteraan bersama”.

Duta Besar Inggris untuk Indonesia Dominic Jermey menambahkan bahwa hubungan Inggris-Indonesia berbasis saling menghormati dan tujuan bersama, serta mencontohkan kerja sama dari sektor energi bersih hingga inovasi digital sebagai bukti kolaborasi praktis yang membuka peluang bagi kedua negara dan mempercepat pendanaan untuk transisi iklim dan energi. “Saat para pemimpin dunia berkumpul untuk COP30 di Brasil minggu ini, kita diingatkan bahwa aksi iklim dan pertumbuhan berkelanjutan bisa berjalan beriringan. Kami percaya bahwa ambisi iklim bukanlah beban bagi pertumbuhan, melainkan pendorong utama pertumbuhan di dekade mendatang. Seiring kita melangkah menuju Kemitraan Strategis Inggris–Indonesia yang baru, saya berharap dapat melihat bagaimana pendekatan pembangunan yang modern dapat mendorong pertumbuhan berkelanjutan dan membawa kemakmuran yang lebih besar bagi kedua negara kita,” ujar Dominic Jermey.

Gubernur Nusa Tenggara Barat Dr. H. Lalu Muhamad Iqbal menyambut dukungan Inggris sebagai langkah strategis untuk mempercepat transisi NTB menuju pembangunan rendah karbon dan ekonomi hijau yang tangguh. Iqbal mengatakan kemitraan itu selaras dengan Visi Hijau NTB, prioritas RPJMN, dan komitmen untuk mencapai Net Zero pada 2060. Menurutnya, kolaborasi ini tidak hanya mempercepat transformasi di tingkat subnasional tetapi juga dapat menjadi contoh bagi kerja sama lintas batas yang mendorong kemajuan inklusif dan berkelanjutan.

Kunjungan Will Hines ke Jakarta dan Lombok serta rangkaian kunjungan lapangan menunjukkan fokus kemitraan Inggris–Indonesia pada investasi, inovasi, dan kepemimpinan lokal untuk mengatasi tantangan pembangunan global melalui solusi praktis yang dapat direplikasi dan diperluas. Langkah-langkah yang didorong—dari pembiayaan hijau hingga inovasi biotek berbasis rumput laut—menjadi contoh bagaimana kerja sama bilateral dapat memperkuat ketahanan energi, memperluas akses energi bersih, dan mendukung ekonomi biru yang berkelanjutan.

Posting Komentar untuk "FCDO Inggris Perkuat Kerja Sama Pembangunan Ekonomi Biru di NTB"