![]() |
| Podcast Bintang edisi ke-18 |
MATARAM, CBM-Tayangan Podcast Bintang edisi ke-18 bertajuk Seni Pertunjukan dan Kesadaran Spiritual berupaya mendorong ruang ekspresi dan apresiasi yang lebih luas dalam perbincangan tentang peran seni dan seniman serta pandangan mendalam tentang kesenian dan kesadaran spiritual di tengah kehidupan masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB) saat ini.
Menghadirkan dua narasumber Lalu Martadinata, budayawan dan pendiri komunitas Embun Jiwa dan Nur Kholis, Peneliti Musik Tradisional dan Musisi di studio Podcast Bintang, kantor Dinas Kominfotik Jalan Udayana Mataram, Jumat, (7/11/2025) juga menyoal kesenian rakyat Kecimol yang kini sedang menjadi isu menarik di masyarakat.
Lalu Martadinata menekankan bahwa seni merupakan bagian tak terpisahkan dari kebudayaan dan kehidupan spiritual manusia.
“Kesenian NTB saat ini sudah tumbuh dan perlu terus kita dukung. Apresiasi terhadap seniman tidak hanya berbentuk materi, tapi juga berupa ruang, waktu, dan kesempatan untuk menunjukkan karya mereka,” ujarnya.
Dirinya berharap Dinas yang berkaitan dengan kebudayaan dan instansi terkait dapat lebih terbuka kepada seluruh pelaku seni dan budaya.
“Komunikasi jangan hanya dengan satu atau dua seniman saja, tapi dengan semua pelaku seni agar kesenian di NTB semakin masif dan berkembang. Pemerintah perlu hadir, berpihak, dan membuka ruang bagi seniman untuk mengekspresikan diri,” tambahnya.
Menurut Lalu Martadinata, seni memiliki kekuatan untuk memicu kebahagiaan dan keseimbangan batin. Ia mengingatkan bahwa pembangunan fisik seharusnya berjalan beriringan dengan pembangunan rasa dan spiritualitas masyarakat.
“Harus ada keseimbangan antara pembangunan fisik dan mental. Pemerintah sudah memberi ruang, tapi masih perlu diperluas lagi agar lebih banyak pelaku budaya bisa berkarya,” pesannya.
Dirinya juga mengingatkan pentingnya kesadaran spiritual dalam berkesenian.
“Buka diri, kenali diri, dan jadilah pengasih serta penyayang bagi semesta,” tuturnya menutup pandangan dengan nada reflektif.
Sementara itu, Nur Kholis menyoroti kondisi kesejahteraan seniman yang masih sering terabaikan.
“Di NTB, terkadang yang lebih dihargai bukan senimannya, tapi alat pendukungnya. Sewa terop bisa lebih mahal, sementara senimannya sendiri belum tentu mendapat apresiasi setimpal,” ungkapnya.
Menurutnya, hal ini menunjukkan masih rendahnya penghargaan terhadap subjek dibanding objek dalam kegiatan seni.
“Objek itu tidak akan bernilai tanpa subjek. Senimanlah yang membuat panggung menjadi hidup, bukan sebaliknya,” tegasnya.
Dalam pandangan Nur Kholis, kesenian tradisional seperti Kecimol juga mengalami pergeseran bentuk dan makna namun bukan dihilangkan melainkan dibina dan diarahkan dengan menegaskan bahwa kesenian Kecimol telah menjadi sumber ekonomi bagi banyak pelaku seni di NTB.
“Awalnya, alat-alat musik Kecimol menggunakan instrumen khas Sasak seperti alat petik, tapi kini sudah banyak dikreasikan dengan alat modern seperti gitar dan piano. Sayangnya, ada penyimpangan di beberapa pertunjukan yang melanggar norma. Namun bukan berarti dibinasakan justru dibina dan diarahkan,” jelasnya.
Kedua narasumber sepakat bahwa seni memiliki kekuatan besar untuk membangkitkan kesadaran dan menyatukan masyarakat.
“Jangan pernah meremehkan kekuatan seni, dan percayalah bahwa generasi NTB penuh dengan orang-orang kreatif. Kita hanya perlu menyentuh dan memberi kesempatan,” tutup Nur Kholis.
Sebagai penutup, para seniman yang hadir menampilkan musikalisasi puisi bertemakan “Berbagi Cerita, Berbagi Cahaya”, menggambarkan semangat berkarya, berbagi inspirasi, dan menjaga harmoni antara seni dan spiritualitas.

Posting Komentar untuk "Podcast Bintang Edisi ke-18, Seniman NTB Dorong Ruang Ekspresi dan Apresiasi yang Lebih Luas"